Bagaimana manusia diciptakan dan bagaimana pula manusia kelak dibangkitkan? Mari kita tadabburi firman Allah SWT berikut ini:
Allah SWT menegaskan:
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى (٣٧)ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى (٣٨)فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى (٣٩)أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى (٤٠)
37. Bukankah Dia (manusia) dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), 38. kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, 39. lalu Allah menjadikan dari padanya sepasang: laki-laki dan perempuan. 40. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (QS al-Qiyamah: 37-40)
Ayat-ayat tersebut menarik untuk ditadabburi pada beberapa hal:
Pertama: Dari sisi ilmu qiraat. Pada ayat ke 37, orang-orang di Kufah dulu ada yang membaca, تمنى dengan huruf ت , sedangkan bacaan dengan huruf ي populer di Mekkah dan Bashrah (Iraq). Mushaf yang kita pegang sekarang menggunakan bacaan dengan huruf ي (Lihat tafsir al-Qurtubi).
Mengapa bisa berbeda bacaan?
Jika dibaca dengan huruf “ta”, punya pemahaman, penciptaan manusia berawal dari “sperma yang memancar”. (نطفة تمنى) Maka, hanya sperma yang jantanlah yang berhasil bertemu dengan indung telur.
Karena itu pula, dalam ayat lain, Allah SWT berfirman,
إِنَّا خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا (٢)
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat. (QS al-Insaan: 2)
Jika dibaca dengan huruf “ya”, memiliki pemahaman, penciptaan manusia adalah bermula dari bagian kecil (satu) sel sperma dari jutaan sel sperma yang ada. (مني يمنى).
Imam al-Qurtubi menyimpulkan, kedua model bacaan itu dapat dibenarkan karena kedua-duanya shahih dan memiliki pemahaman yang benar.
Kedua: Apakah pada wanita terdapat “mani” yang memancar juga?
Kisah berikut ini menarik untuk dicermati. Suatu hari Ummu Salamah bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tak malu mengungkap kebenaran, apakah jika seorang wanita bermimpi, dia wajib mandi?”
Rasulullah SAW menjawab, “Ya, jika dia melihat air (dari kemaluannya)”. Teks hadits itu berbunyi, “نعم إذا رأت الماء”
Kata yang digunakan Rasulullah SAW secara jelas adalah “air”. Jadi kewajiban “mandi besar” pada wanita, adalah karena keluarnya “sesuatu” dari mimpinya itu.
Lalu, apakah “air” itu yang menjadi unsur pembentukan embrio (janin)? Bukan. Embrio terbentuk karena sperma laki-laki (mani) yang berwarna putih lalu bercampur dengan indung telur perempuan yang berwarna kekuning-kuningan.
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW menyebutkan:
Comments
Post a Comment